Babel Sekali Lagi

AKhirnya, tanggal 08-12 April 2013 berkesempatan mengunjungi Bangka Belitung untuk kegiatan Sosialisasi dan Klinik Ombudsman Republik Indonesia. Kegiatan ini benar-benar penuh kejutan, dan membuat kita bertambah yakin akan kebesaran Tuhan. Sesungguhnya Allah, sebaik-baik perencana.

Kegiatan ini dimulai pada senin pagi. Menuju bandara Soekarno Hatta. Jalan tol sedikit tersendat, karena ada kecelakaan. Aku melihat sekilas blue bird ringsek dipinggirkan, serta petugas sudah ada di lokasi.

Saat di bandara, ketika sedang menikmati roti pengganti sarapan, kabar itupun sampai. Yups, yang mengalami musibah –penumpang blue bird tadi adalah EO kami, yang sedianya berangkat dengan pesawat pertama. 

Yang penting buat kami saat itu adalah tidak ada korban jiwa. OKe teman kami — sebut saja namanyanya Mala, luka-luka, Beberapa barang harus tertunda diberangkatkan ke Babel. Tapi bukan masalah. Kembali ke poin terpenting, tidak ada korban jiwa. Things can be replaced, however, live can not (be replaced), jadi meskipun diwarnai insiden pada awal pelaksanaan, masih ada yang patut kami syukuri.

Dilanjutkan dengan melihat Bangka Belitung setelah sepuluh tahun tidak menginjakkan kaki di  pulau ini.  Melihat Bangka Belitung dari udara, dan alamnya yang kaya tapi rusak terlihat jelas.

Image 

APakah kekayaan Bangka Belitung cukup utntuk generasi penerus? Seharusnya bisa, asalkan dikelola dengan sebaik-baiknya.

 

 

ImageImage

Bangka Belitung:awal perjalanan

Masih kuingat Bangka Belitung seperti pertama Kali datang, bertahun-tahun yang lalu. Sewaktu Bangka Belitung baru menjadi provinsi dan kantor-kantor pemerintahan mulai dibangun di kawasan Air Itam. Kami datang dalam rangka peresmian kantor perwakilan Kementerian Hukum dan HAM provinsi Babel. Menteri yang datang meresmikan adalah pak Hamid Awaludin.
Beliau belum lama dilantik sebagai Menkumham. Beliau adalah Menkumham saya yang kedua, yang pertama adalah pak Yusril Ihza Mahendra. Sebagai bagian dari Tim humas — seperti biasa menjadi advance team 🙂

Mendarat di Pangkal Pinang. Masih kuingat banyaknya pohon kelapa, dan tanah-tanah berlubang terlihat dari udara. Saya tidak bisa menyebut perjalanan kedinasan sebagai kegiatan traveling , kita kerja bo.

Berangkat sebelum subuh untuk mengejar pesawat sriwijaya yang berangkat jam 06, menenteng peralatan tempur, kamera dan laptop, dan era itu laptop dan kamera belum seringan sekarang. Dijemput oleh perwakilan Kemenkumham lalu lapor diri ke Kakanwil.

Saat kami tiba, Kakanwil sedang melantik pejabat-pejabat baru yang akan bertugas di Kantor Wilayah. Kantor perwakilan freshly painted beige. Furnitur kantor masih terbungkus plastik transparan. Gedung yang masih sangat baru–waktu itu. Kasub saya pak Heriyanto Bakrie (alm). Kami berkesempatan juga berkunjung melihat unit-unit pelayanan teknis (UPT) Kemenkumham seperti lembaga pemasyarakatan dan Kantor imigrasi. Hari-hari keluar masuk Lapas sudah dimulai.

Sebagai humas pusat (cieeee) kami selalu Kerja sama dgn teman-teman di Kanwil, seperti biasa– dari protocol kunjungan pimpinan, sampai protocol peresmian Kantor. Yes– semua ada protocolnya. Pemerintah provinsi juga bergabung, karena sedianya pak Gubernur yang menyambut kedatangan Menkumham, lengkap dengan tari-tarian 🙂
Tentunya bukan pak Gubernur yang menari 😀
Juga bukan humas yang menari 😀 #eaaa

Gubernur adalah tuan rumah utama, alamiah, sebagai propinsi baru, sudah menjadi kewajiban untuk berkoordinasi dengan Kementerian/lembaga yang bekerja hierarkis. Apalagi Kanwil harus mengelola UPT-UPT seperti pemasyarakatan, imigrasi, hingga pelayanan hukum. Mitra kerja yang penting.

Kami menunggu di VIP room, di sebelah ruang tunggu Bandara. Cumi paling gendut dan udang bakar disiapkan oleh catering. Cumi Bangka, itu yang terenak seIndonesia.. A must try!! Seriously.

Mungkin bagi beberapa orang, itu pekerjaan ringan dan ‘kecil’, or just another boring routine, or useless ceremony..tidak juga.

Sebagai tuan rumah yang menghormati tamu, alamiah saja bila Gubernur ingin menyambut dengan baik. Tari-tari tradisional penyambutan tamu merupakan bagian budaya Indonesia, sejak zaman Kerajaan, ratusan tahun silam. Begitu juga kuliner Bangka, karena dengan jadwal yang sangat ketat, kecil kemungkinan pejabat A1 wiskul, kecuali sedang cuti. Apalagi Humas dan protokol yang sering menjadi advance team. Jangankan wiskul, makan saja sering tidak sempat. Sampai sekarang, bila kami hosting acara, dan pejabat A1 sudah di posisi, saya selalu mengingatkan teman-teman humas/protokol untuk makan dulu. Because I know how it feels like 🙂

Yang menyenangkan adalah mitra-mitra kerja yang saling mendukung. Entah itu dari pusat, Wilayah, gubernuran, kami saling support untuk terselenggaranya suatu event. Saling berkontribusi. Sangat menyenangkan.

Senin ini, kembali ke Bangka Belitung, seperti mengulang sebuah awal perjalanan. Seperti apa Pangkal Pinang, yang dulu sepi minus mall,, apakah otak-otaknya masih selezat dulu. Kali ini bukan sebagai humas Kemenkumham, tapi Sosialisasi dan Klinik Ombudsman Republik Indonesia , ada beberapa jadwal visite dan studium generale.

Semoga semuanya berjalan lancar 🙂

Rindu dan kenangan

Seseorang telah memilih bagaimana ia akan dikenang..
Bagaimana mengisi hari-hari yang tersisa
Seorang strategist alami, pencitraan yang nyaris sempurna..
Atau setangkai kamboja..
Dengan harum terukir dalam tangkainya, keteguhan hati yang tak terduga..
Maka, mekarlah..
Dalam waktumu yang pendek, bunga..
Menjadi harum, menjadi kisah yang layak dikenang..
Bibit akan menjadi pohon, yang tumbuh dalam integritas terjaga..
Teduh, kokoh menapaki bumi, menjaga, melindungi..

Aku ingin mengenangnya seperti mimpi pagi..
Rindu yang dilupakan..
Dalam harum yang masih hadir disini..
Aku akan berlari, jauh pergi..
Kagumku tak akan terucap dalam kata, sudah kukemasi hatiku
Sampai sais akan berseru “berangkat”
Dijagalah teguh hati..
Ditepikanlah kenangan..
Cinta adalah pilihan..
Sementara tak ada ilmu yang sia- sia ***