imaginary speech 100% fiction

Bismillahirahmannirahim

Asslamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Good evening,

I’d like to thank Rabbi Schneier and the Appeal of Conscience Foundation for this award, but I don’t feel I deserve it. Not with all the work that remains to be done. Do you know, my friends, that we know more about our problems than we do about our achievement? That’s a real problem. We don’t know enough about the environment we depend on for our very lives.

All of us in the tolerance movement have seen many great victories over the years. We have witnessed the creation of new churches, along with Buddhist temple, mosques, Hindu temple, and we have regulated zoning area for the safety of all. These are real victories, my friends. We take justifiable pride in them.

And we know more needs to be done.  ”

***

to be continued…

Sahur-sahur!!!

Terbangun jam 2 pagi, karena kedinginan dan kelaparan. Kombinasi cihuy dini hari. Sebelum beranjak ke meja makan, tangan meraih iPad, membuka twitter, membaca sekilas… Dan tambah merasa tidak nyaman. Apakah perasaanku saja, terasa begitu banyak hal-hal negatif di twitter.

Mengambil sepiring ayam betutu, menyalakan tv, nonton tayang ulang Glee. Blaine ingin melamar Kurt.. Ok. Ini bukan episode terhebat. Tapi ditonton juga. Tidak banyak pilihan tersisa di hari sepagi ini.

Bulan Ramadhan sebentar lagi datang, mungkin tubuh ini sedang menata ulang jam biologisnya untuk persiapan Ramadhan. 😀

Sekarang, kita sahur dengan menikmati sepiring Ayam betutu. Mencari tema-tema kegiatan yang bisa dilaksanakan. Agenda-agenda baru. Sambil menunggu panggilan pendidikan #uhuk yang akan indah pada waktunya. -Amin.

Berpikir tentang hal-hal positif yang bisa dilakukan besok pagi.
Mulai menulis lagi.
Jatuh cinta lagi.
Menutup kekecewaan kemarin, dan membangun hal-hal baru.

Masih banyak yang bisa dilakukan.
Do your best. Expecting the best.